Fajar yang merekah tertutup debu.
Badai gejolak menantang cahaya.
Dahulu aku tertidur Alpa.
Cahayaku tak secerah kelihatan.
Hanya pikiran ia bak rembulan.
Nyatanya hanyalah lilin redup.
Kini aku menggapai dalam gelap.
Menyusuri sempit sembari ringkih.
Di sela-sela keburukan nafsu.
Kutunggu fajar merekah bebas.
Tanpa hijab dan kabut hati.
Aku menantang kegelapan semu.
Yang kukotori bertahun lampau.
Duh, jikalau ada setitis cahaya.
Walau itu membakar namun terang.
Menembus kelamnya jiwa fana.
Yang sedang limbung terbuang.
Duh, kiranya….