Oleh: Mulki Mulyadi
“Jakarta
barangkali telah dikutuk tuhan”. Begitu umpatku ketika kemacetan melanda sepanjang jalanan
Ibukota. Pernah sekali waktu saya harus mematikan mesin motor di tengah gerimis
akibat parahnya kemacetan, semua motor tidak bergerak hampir setengah jam
lamanya. Ketika itu saya berkeringat kegerahan, asap knalpot dan sesaknya
manusia membuatku sesak nafas. “Jakarta barangkali telah dikutuk tuhan”. Omelku lagi,
kesal bukan kepalang. Belum lagi angkot-angkot yang tidak tahu diri itu, sering
nyelonong, parkir sembarangan dan berhenti tak tentu waktu serta tak pakai lampu
sen membuat kemacetan semakin parah. Tak urung lagi banyak pengendara yang
hampir menabrak dan bahkan ada yang sampai jatuh karena ulah sopir-sopir tak
tahu budi itu.
Mungkin tulisan
di atas terlalu berlebihan, seakan tidak melihat nasib supir angkot yang berpeluh
kasihan sembari kejar mengejar setoran. Bagaimanapun, disatu sisi mereka punya
keluarga yang mau diberi makan serta kehidupan susah yang dijalani dengan
penghasilan pas-pasan, tapi di sisi lain pengendara juga punya hak untuk
merasakan tertibnya berlalu lintas. Supir-supir itu menurutku semestinya harus
benar-benar paham peraturan lalu lintas dan diatur dengan baik agar tertib, seperti di luar
negeri begitu. Sayangnya ini Indonesia bung! Bukan di luar negeri. Orang
Singapura bisa saja bangga kalau negerinya paling bersih sehingga tidak ada
orang buang sampah sembarangan, tapi jika ia pergi ke Indonesia dan merasakan
hawa panas dan kultur Jakarta yakinlah ia pasti buang sampah sembarangan juga.
Tidak percaya? Ayo coba datang ke Jakarta.
Begitulah,
dalam imajinasiku para sopir angkot itu mestinya disertifikasi dan diberi ruang
untuk meningkatkan pendapatan mereka sehingga mereka merasa bahwa pekerjaan
yang mereka lakukan itu berharga dan dihargai oleh pemerintah. Selain untuk
menghilangkan sopir-sopir tembak yang tak jelas juntrungannya itu, para sopir
juga dapat menikmati penghasilan yang lebih besar dari yang semestinya mereka
dapatkan. Ya, seperti supir taxi atau supir ojek online itu.
Koperasi
angkutan umum juga perlu untuk direformasi, bahkan direvolusi secara total
sehingga segala bentuk eksploitasi manusia demi mendapatkan keuntungan sesaat
tidak lagi dilakukan. Jika memang tidak tahu bagaimana membuat mekanisme yang
benar-benar baru, kurasa tidaklah sulit untuk meniru bagaimana cara kerja
angkutan umum di Negara maju. Tinggal bagaimana para pemegang kebijakan itu
menentukan seperti apa nanti angkutan umum itu beroperasi tanpa menghilangkan
lahan pekerjaan mereka yang telah tersertifikasi sebagai supir. Karena tidak
semua orang bisa jadi supir angkot, maka semua supir angkot juga memiliki semangat dan menjadi lebih
sejahtera, dengan begitu mereka tidak lagi ugal-ugalan di jalanan dan
merepotkan para pengendara lainnya.
Dan yang
terakhir adalah bagaimana cara mengantisipasi angkot-angkot di daerah-daerah
lain di luar ibukota. Bogor misalnya, sudah jadi kota sejuta angkot. Hal ini
tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, angkot-angkot ini harus dirapihkan karena jika tidak,
akan menimbulkan masalah lingkungan yang luar biasa sebab asap kendaran
dapat menimbulkan polusi udara. Semua orang juga pasti tahu teori sederhana itu.
Pengaturan regulasi angkutan umum tidak saja dapat mengurangi
emisi karbon, namun juga memberi kenyamanan kepada semua warga kota sehingga
masyarakat tidak lagi jengah untuk naik kendaraan umum bahkan bukan tidak
mungkin angkot bakal menjadi primadona yang mempercantik wajah kota.
Semoga daerah lain juga dapat bercermin dari Jakarta juga kota-kota besar lainnya tempat kemacetan sering terjadi sehingga tidak serta merta meniru-niru pembangunan di kota-kota besar tersebut. Saya yakin daerah lain juga punya pengaturan tata kota sendiri yang lebih baik, terutama soal angkutan umum ini. Semoga!
Semoga daerah lain juga dapat bercermin dari Jakarta juga kota-kota besar lainnya tempat kemacetan sering terjadi sehingga tidak serta merta meniru-niru pembangunan di kota-kota besar tersebut. Saya yakin daerah lain juga punya pengaturan tata kota sendiri yang lebih baik, terutama soal angkutan umum ini. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar